Teror Pemilik Kalung Emas Berhias Perak
Hari
ini adalah hari ulang tahunku. Teman-temanku memberikan aku banyak
sekali hadiah, namun ada satu benda yang menarik perhatianku yaitu,
sebuah kalung antik yang cantik berwarna emas dan berhias perak milik
temanku yang tak mau dipakainya lagi karena katanya kalung itu ada
pemiliknya. Namun karena sedikit menggunakan jurus andalanku akhirnya
akupun mendapatkan kalung indah ini.
Pada
keesokan harinya aku berniat memakai kalung itu, tapi entah mengapa
kalung yang tadinya aku telah letakan di dalam laci lemariku kini tidak
ada lagi di dalam sana. Tapi setelah beberapa menit kucari rupanya benda
itu ada didalam laci tempat kutaruh semalam.
“Mungkin aku kurang teliti” Pikirku,
“Ah.. siapa peduli” Kataku acuh tak acuh.
“Ah.. siapa peduli” Kataku acuh tak acuh.
Lalu
kupakai kalung itu dan kulihat dicermin, lalu aku terkejut karena
diriku melihat ada seorang gadis yang tampak ingin mengambil kalung ini.
Namun rasanya wajahnya pernah kulihat. Rasanya aku sangat mengenali
wajah itu. Kutoleh kepalaku kebelakang namun tak ada orang disana.
“Mungkin itu hanya halusinasiku saja atau itu adalah R…” Kataku terpotong karena adik ku memanggil.
“Kak… kakak… ada seseorang yang ingin ketemu dengan kakak… kak” Teriak adik ku Rafael.
“Iya Rafael bawel..” Balasku.
“Kak… kakak… ada seseorang yang ingin ketemu dengan kakak… kak” Teriak adik ku Rafael.
“Iya Rafael bawel..” Balasku.
Akupun berlari kecil menuju ruang tamu. Namun aku dikejutkan dengan orang yang tidak aku kenal sama sekali.
“Apakah kamu memiliki kalung berwarna emas dan memiliki sedikit balutan perak disampingnya?” Tanyanya.
“Ya… saya punya… namun, ada urusan apa ya dengan saya?” Tanyaku balik.
“Sebenarnya kalung itu adalah kalung milik anakku yang mati bunuh diri karena frustasi akibat kekasihnya yang bernama Doni dan Doni telah mengkhianati cintanya dengan berselingkuh dengan Lala temanmu..” Ucapnya sambil meneteskan air mata.
“Ya… saya punya… namun, ada urusan apa ya dengan saya?” Tanyaku balik.
“Sebenarnya kalung itu adalah kalung milik anakku yang mati bunuh diri karena frustasi akibat kekasihnya yang bernama Doni dan Doni telah mengkhianati cintanya dengan berselingkuh dengan Lala temanmu..” Ucapnya sambil meneteskan air mata.
Aku tercekat… Lala… Lala… dia adalah teman yang selama ini kukira baik. Lalu dia kembali bersuara,
“Dan
kalung yang kau pakai itu adalah kalung milik putriku yang bernama Rin.
Kalung itu pemberian dari Doni kepadanya” Sambungnya.
“Rin.. Rin…” Ucapku pelan namun bergetar, rupanya dia adalah Rin yaitu sahabat lamaku.
“Tunggu… kau kenal Rin” Tanyanya.
“Tentu… aku malah sangat mengenalnya. Dia adalah sahabat terbaik dari kecil namun, kami terpisah pada kelas IX karena dia pindah sekolah dikarenakan orang tuanya dipindah tugaskan di Bandung..” Kataku.
“Apa kau yang bernama Lianata?” Tanyanya lagi.
“Ya… aku adalah Lianata” Sahutku.
“Ini adalah surat terakhir yang kutemukan diatas tempat tidurnya untukmu”.
“Rin.. Rin…” Ucapku pelan namun bergetar, rupanya dia adalah Rin yaitu sahabat lamaku.
“Tunggu… kau kenal Rin” Tanyanya.
“Tentu… aku malah sangat mengenalnya. Dia adalah sahabat terbaik dari kecil namun, kami terpisah pada kelas IX karena dia pindah sekolah dikarenakan orang tuanya dipindah tugaskan di Bandung..” Kataku.
“Apa kau yang bernama Lianata?” Tanyanya lagi.
“Ya… aku adalah Lianata” Sahutku.
“Ini adalah surat terakhir yang kutemukan diatas tempat tidurnya untukmu”.
Kuambil kertas lusuh itu dan kubaca isinya,
————————————————————————
Untuk sahabatku Lianata…
Hai Lia..Maaf ya…
mungkin
setelah kau baca kertas ini, aku sudah pergi dari alam manusia. Aku
ingin sekali menceritakan ini, namun aku tau kau sedang bersibuk dengan
PR, sesuatu hal yang menyusahkan itu kan haha. Doni kekasihku yang lebih
pantas dibilang mantan kekasihku memutuskanku hanya demi perempuan lain
yaitu, Lala.
Hah… Oh… ya Lia kau
adalah sahabat yang paling terbaik dari yang baik. Lia apa aku boleh
berpesan kepadamu, kau jangan pernah putus asa menjalani hidup ya.
Pokoknya jangan pernah, janji atas nama persahabatan kita.
Cap Lima Jari dari Rin
Sampai Jumpa.
Sampai Jumpa.
Rin
————————————————————————-
Air mataku menetes sangat deras. Akhirnya ibu Rin pamit pulang. Tes… tes… tes…
“Air warna merah apa itu” Tanyaku dalam hati.
Kudekati
air yang mirip dengan darah itu dan kucium melalui indra penciuman dan
rupanya itu benar-benar darah. Malamnya aku tak bisa tidur dan
kuputuskan bahwa besok aku akan pergi ke kuburan rin untuk meletakkan
barang yang memang miliknya, sebenarnya aku takut karena dari tadi aku
dihantui oleh hantu Rin terus terusan. Pukul 00.00 aku masih terjaga
ditempat tidur.
“Liaaa… Oh.. Liaaa” kata hantu Rin.
“Rin… aku mohon jangan hantui aku”
“Hi… hi… hi… tidak akan sahabat. Sebelum kau mempertemukan aku dengan Doni”
“Oh my good… kan seminggu dari semalam dia pergi keluar kota dengan ayahnya!” Seruku kepada hantu Rin.
“Rin… aku mohon jangan hantui aku”
“Hi… hi… hi… tidak akan sahabat. Sebelum kau mempertemukan aku dengan Doni”
“Oh my good… kan seminggu dari semalam dia pergi keluar kota dengan ayahnya!” Seruku kepada hantu Rin.
*Blush, Tiba-tiba Rin menghilang dan lampu-lampu berkelap-kelip. Mungkin ini adalah hari yang paling sial dalam hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar